Washington, Webhostdiy.com – Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, secara mengejutkan mengonfirmasi bahwa pemerintah negaranya telah resmi mengambil alih 10% saham perusahaan chip raksasa, Intel. Langkah strategis ini dinilai banyak pihak sebagai upaya pemerintahan Donald Trump untuk lebih mengendalikan perusahaan-perusahaan teknologi kunci di Amerika.
Menyambut pengumuman tersebut, saham Intel langsung melonjak sekitar 6% di pasar saham. Sebagai satu-satunya perusahaan AS yang sanggup memproduksi chip canggih di dalam negeri, Intel pun menjelaskan detailnya. Pemerintah melakukan investasi besar-besaran senilai USD 8,9 miliar dengan membeli 433,3 juta lembar saham biasa pada harga USD 20,47 per lembar. Yang menarik, harga beli pemerintah ini ternyata lebih murah dibandingkan harga pasar saat ini, sehingga mereka berhasil mendapatkan diskon.
Selanjutnya, sumber dana investasi ini pun terbagi dua. Sebanyak USD 5,7 miliar akan berasal dari hibah berdasarkan Undang-Undang CHIPS yang memang sudah dijanjikan namun belum dicairkan. Sementara itu, sisa dana sebesar USD 3,2 miliar akan datang dari program hibah pemerintah terpisah yang khusus ditujukan untuk mendukung produksi chip.
baca juga: Warganet heboh di Sosmed terkait permintaan Immanuel!
Meski menjadi pemegang saham signifikan, Intel menegaskan bahwa pemerintah AS tidak akan mendapatkan kursi dewan direksi atau hak tata kelola perusahaan lainnya. CEO Intel, Lip-Bu Tan, dengan tegas menyatakan, “Sebagai satu-satunya perusahaan semikonduktor yang melakukan R&D dan manufaktur terdepan di AS, Intel sangat berkomitmen memastikan teknologi tercanggih di dunia adalah buatan Amerika.”
Sebelumnya, Trump memang sudah menyuarakan keinginannya agar pemerintah mendapatkan porsi sekitar 10% dari perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar lebih dari USD 100 miliar ini. “Mereka telah sepakat untuk melakukannya dan saya pikir ini adalah kesepakatan yang bagus bagi mereka,” ujar Trump dengan nada optimis.
Peristiwa ini jelas menandai contoh terbaru dari pergeseran kebijakan industri AS yang cukup dramatis, di mana pemerintah mulai mengambil peran aktif dan langsung dalam sektor swasta. Lutnick sendiri menyebutkan bahwa pemerintah AS sengaja mencari kepemilikan saham di Intel sebagai imbalan atas pencairan dana dari Undang-Undang CHIPS.
kunjungi laman berita terkini di Exposenews.id
“Kita harus mendapatkan saham ekuitas untuk uang kita. Jadi kita akan mengirimkan uangnya, yang sudah dijanjikan di bawah pemerintahan Biden. Kita akan mendapatkan ekuitas sebagai imbalannya,” cetusnya yang dikutip webhostdiy dari CNBC.
Selain pemerintah, Intel juga mendapat suntikan dana segar dari pihak lain. Awal pekan ini, Intel mengumumkan bahwa SoftBank pun akan melakukan investasi strategis sebesar USD 2 miliar, yang setara dengan kepemilikan sekitar 2% saham perusahaan.
Di sisi lain, Intel sebenarnya masih menghadapi tantangan besar. Teknologi mereka dianggap masih tertinggal dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) yang menjadi pemasok chip untuk berbagai raksasa teknologi seperti Apple, Nvidia, Qualcomm, AMD, dan bahkan Intel sendiri. Untuk mengejar ketertinggalan, Intel tidak ragu menggelontorkan miliaran dolar guna membangun serangkaian pabrik chip mutakhir di Ohio, yang dirancang untuk memproduksi chip paling canggih, termasuk untuk kecerdasan artifisial (AI).
Sayangnya, rencana ambisius ini mengalami sedikit kendala. Pada bulan Juli lalu, Tan mengumumkan bahwa pihaknya terpaksa memperlambat tempo pembangunan pabrik di Ohio, menyesuaikan dengan kondisi pasar yang dinamis. Akibatnya, pabrik Intel di Ohio yang sebelumnya ditunggu-tunggu, kini dijadwalkan baru akan mulai beroperasi pada tahun 2030.