WEBHOSTDIY.COM – Bayangin nih, kamu lagi excited banget pake ChatGPT buat ngerjain tugas kantor lebih cepet. Harapannya? Pulang lebih awal, nongkrong sama temen, atau tidur siang panjang. Eh, malah kebalik! Jam kerja nambah, waktu santai ilang. Kok bisa? Riset terbaru dari para ekonom top AS bilang, AI generatif kayak gini justru bikin hidup karyawan makin sibuk. Penasaran? Yuk, kita kupas bareng-bareng!
Awal Mula Cerita: Dari Harapan ke Realita
Semuanya bermula dari Wei Jiang, profesor keuangan di Emory University. Awalnya, dia jatuh hati sama AI seperti ChatGPT. “Wah, ini bisa bikin kerjaan ringan, efisien banget!” pikirnya. Tapi, lama-lama kok rasanya jam kerja malah molor? Jiang curhat sama rekan-rekannya, dan ternyata semua ngalamin hal sama. Kerja lebih lama dari sebelum ada AI!
Gak mau cuma curhat doang, Jiang ngajak tim ekonom lain: Junyoung Park dari Auburn University, Rachel (Jiqiu) Xiao dari Fordham University, dan Shen Zhang dari Seton Hall University. Mereka bikin riset keren berjudul “AI and the Extended Workday: Productivity, Contracting Efficiency, and Distribution of Rents”. Intinya? Ngecek gimana AI ngaruh ke pola kerja dan waktu luang karyawan.
Mereka ambil data dari American Time Use Survey (ATUS), survei tahunan Biro Statistik Tenaga Kerja AS yang udah jalan dari 2004 sampe 2023. ATUS ini catat detail banget: orang Amerika habisin waktu sehari buat apa aja, dari kerja sampe rebahan.
Fakta Mengejutkan: Kerja Nambah 3 Jam Seminggu!
Hasilnya bikin melongo. Karyawan yang pekerjaannya sering kena “sentuhan” AI generatif – kayak pake ChatGPT atau Perplexity – malah kerja lebih lama setelah AI meledak populer di 2022-2023. Rata-rata, jam kerja naik 3,15 jam per minggu! Sementara waktu luang? Berkurang 3,20 jam per minggu. Bayangin, itu setara sama hilangnya satu malam weekend buat Netflix marathon!
Kenapa begitu? AI emang bikin produktivitas naik. Tugas yang biasanya makan waktu berjam-jam, sekarang kelar dalam hitungan menit. Tapi, alih-alih kasih bonus waktu istirahat, perusahaan malah nambahin tugas baru. “Selesai cepet? Oke, lanjut yang ini!” gitu ceritanya. Hasilnya, hari kerja molor sampe malam.
Gaji Naik, Tapi Seneng? Belum Tentu!
AI bikin produktif, tapi manfaatnya gak merata. Jiang bilang, ada tiga pihak yang “berebut” keuntungan: perusahaan & pemegang saham, karyawan, plus konsumen. Di pasar kerja yang ketat, daya tawar karyawan lemah. Jadi, efisiensi AI lebih banyak ngalir ke bos dan pelanggan. Harga produk turun buat konsumen, untung perusahaan melonjak, tapi karyawan? Cuma dapat piring tambahan.
Fakta lain: Karyawan yang sering kena AI surveillance – tools pengawas berbasis AI, terutama buat remote worker – kerja lebih lama lagi pasca-pandemi. Bos bisa pantau setiap klik mouse, jadi karyawan takut “keliatan males” dan akhirnya overtime sendiri.
Yang bikin ironis, gaji mereka yang sering pake AI memang naik. Tapi, kepuasan kerja? Turun drastis! Riset bilang, produktivitas naik gak selalu bikin bahagia. Malah sebaliknya: capek fisik dan mental nambah.
Kenapa AI Malah Bikin Capek?
Mari kita breakdown alasannya biar gak bingung:
- Produktivitas Naik, Tapi Ekspektasi Ikut Naik
AI bantu nulis laporan, analisis data, atau ide kreatif dalam sekejap. Perusahaan seneng, tapi mereka pikir, “Kalau bisa cepet, kenapa gak lebih banyak?” Akibatnya, workload nambah tanpa tambah orang. - Pengawasan AI Bikin Stres
Buat yang WFH, AI surveillance kayak bos virtual yang gak pernah tidur. Setiap detik di-track, bikin karyawan kerja ekstra biar “score” bagus. Post-pandemi, ini makin parah. - Manfaat Gak Adil
Jiang quote: “AI kasih untung besar buat konsumen dan perusahaan, tapi buat pekerja? Kurang banget.” Konsumen dapet barang murah, perusahaan untung gede, karyawan cuma dapet jam kerja panjang.
Riset ini nunjukin, meski AI janji efisiensi, realitanya bikin hari kerja lebih panjang dan kepuasan turun. “Hasil gabungan bilang, AI bikin janji manis, tapi akibatnya kerja lebih lama dan senengnya ilang,” tulis mereka.
Apa Artinya Buat Kita di Indonesia?
Meski riset ini fokus ke AS, dampaknya global, termasuk kita di tanah air. Banyak perusahaan lokal udah adopsi AI buat chat support, marketing, atau analisis. Kalau kamu programmer, marketer, atau admin, pasti ngerasain: tugas cepet kelar, tapi deadline baru dateng terus-menerus.
Kunjungi laman berita terbaru di Exposenews.id
Tips dari WebhostDIY.com biar gak kejebak:
- Set Batas Jelas: Bilang ke bos, “AI bantu cepet, tapi jangan nambah tugas seenaknya.”
- Gunakan AI Bijak: Pakai buat hal produktif, bukan buat “pamer” ke bos.
- Cari Keseimbangan: Matikan notif kerja setelah jam 6 sore. Waktu luang itu hakmu!
Kesimpulan: AI Bantu, Tapi Jangan Sampai Jadi Budak
Riset ini bukti nyata: AI kayak pedang bermata dua. Bikin kerja efisien, tapi bisa bikin hidup capek kalau gak diatur. Perusahaan harus adil bagi hasil, karyawan harus pintar negosiasi. Kalau gini terus, AI yang katanya “pembebas” malah jadi “pemanjang hari”.
Kamu sendiri gimana? Udah ngerasain jam kerja nambah gara-gara AI? Share di komentar bawah ya! Ikuti WebhostDIY.com buat tips hosting, tech, dan cerita seru lain. Siapa tahu, besok kita bahas AI yang bikin hidup lebih chill. Stay tuned!
