Vimeo Dibeli Startup Italia Bending Spoons Rp 22,7 Triliun: Kisah Comeback atau Akhir Drama?

Diposting pada

Webhostdiy.com – Kabar menggelegar datang dari dunia teknologi! Startup asal Italia, Bending Spoons, resmi mengakuisisi platform video streaming populer, Vimeo, dengan nilai fantastis 1,38 miliar dolar AS atau setara Rp 22,7 triliun! Transaksi ini dilakukan secara tunai, membuat para investor Vimeo tersenyum lebar. Menurut laporan Bloomberg, setiap lembar saham Vimeo kini dihargai 7,85 dolar AS (sekitar Rp 129.000). Angka ini melonjak 91 persen lebih tinggi dibandingkan harga rata-rata saham Vimeo dalam 60 hari terakhir hingga 9 September 2025. Penasaran apa yang membuat deal ini begitu panas? Yuk, simak ceritanya!

Transaksi ini, yang diperkirakan rampung pada kuartal keempat 2025, bakal mengubah nasib Vimeo. Setelah akuisisi selesai, saham Vimeo akan ditarik dari bursa saham dan platform ini kembali menjadi perusahaan tertutup. Bayangkan, dari perusahaan publik yang melantai di NYSE sejak 25 Mei 2021 setelah berpisah dari induknya, IAC/InterActiveCorp, kini Vimeo bersiap memulai babak baru. Namun, di balik gemerlap akuisisi ini, ada kisah perjuangan Vimeo yang penuh drama. Apa yang membuat platform ini jadi rebutan?

Sementara itu, Bending Spoons, startup Italia yang lahir pada 2013, sedang berada di puncak performa. Dengan suntikan dana besar dari investor pada 2024, mereka gencar berburu aset baru. Bukan cuma Vimeo, Bending Spoons sudah menguasai aplikasi populer seperti Remini, Splice, Evernote, hingga FilmoraGo. Strategi agresif mereka menunjukkan ambisi besar untuk mendominasi pasar teknologi global. Lalu, bagaimana Vimeo, yang pernah jadi primadona, bisa sampai di titik ini?

Vimeo di Puncak dan Jurang: Drama Pandemi hingga Persaingan Sengit

Vimeo, yang berdiri sejak 2004, pernah meroket popularitasnya selama pandemi Covid-19. Saat itu, bisnis dan individu berbondong-bondong menggunakan platform ini untuk komunikasi daring, mulai dari rapat virtual hingga konten kreatif. Namun, sayangnya, Vimeo gagal memanfaatkan momentum tersebut. Ketika live streaming dan video conference mendominasi dunia daring pada 2020-2022, Vimeo justru kehilangan pijakan. Mengapa? Persaingan ketat dari raksasa seperti YouTube dan TikTok menjadi salah satu penyebabnya.

Selain itu, model bisnis Vimeo ternyata jadi pisau bermata dua. Berbeda dari kompetitor yang menawarkan layanan gratis dengan iklan, Vimeo memilih jalur langganan berbayar untuk pengalaman bebas iklan. Fokus mereka pada pelanggan profesional dan bisnis, bukan pengguna umum, membuat pertumbuhan mereka tersendat. Bayangkan, sementara YouTube dan TikTok menarik miliaran pengguna dengan konten gratis, Vimeo berjuang keras mempertahankan pangsa pasarnya. Akibatnya, nilai pasar Vimeo anjlok drastis.

Sejak berpisah dari IAC pada 2021, kapitalisasi pasar Vimeo merosot hampir 90 persen! Dulu, valuasi mereka mencapai 18,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 302,7 triliun), tapi kini, menjelang akuisisi, nilai pasarnya hanya 797 juta dolar AS (sekitar Rp 13,1 triliun). Angka ini bikin geleng-geleng kepala! Untuk bertahan, Vimeo sempat memangkas karyawan dan melakukan berbagai upaya efisiensi. Namun, langkah-langkah itu tampaknya belum cukup menyelamatkan mereka dari jurang. Akhirnya, menjual perusahaan ke Bending Spoons jadi solusi terbaik untuk membuka peluang pertumbuhan baru.

Kejutan Pasca-Akuisisi: Saham Vimeo Meroket!

Kabar akuisisi ini langsung mengguncang pasar. Setelah pengumuman, saham Vimeo melonjak 61 persen menjadi 7,74 dolar AS (sekitar Rp 127.000) per lembar di NYSE. Dampaknya? Kapitalisasi pasar Vimeo perlahan bangkit, kini mencapai 1,28 miliar dolar AS (sekitar Rp 21 triliun) per 10 September 2025. Angka ini menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, meski masih jauh dari kejayaan masa lalu.

Lalu, apa arti akuisisi ini bagi masa depan Vimeo? Dengan Bending Spoons di belakangnya, platform ini punya peluang untuk bangkit. Bending Spoons dikenal jeli dalam mengelola aplikasi teknologi, dan portofolio mereka yang kuat bisa jadi suntikan energi baru bagi Vimeo. Namun, tantangan tetap ada. Bisakah Vimeo bersaing dengan raksasa seperti YouTube dan TikTok? Ataukah akuisisi ini hanya menunda akhir dari perjuangan panjang mereka?

Kisah Vimeo adalah cerminan dinamika industri teknologi yang kejam. Dari puncak popularitas hingga terpuruk, lalu mendapat harapan baru lewat akuisisi, perjalanan Vimeo penuh pelajaran. Bagi pelaku bisnis, cerita ini mengingatkan pentingnya beradaptasi dengan cepat di era digital. Sementara itu, bagi pengguna setia Vimeo, akuisisi ini bisa jadi sinyal perubahan positif—atau justru awal dari transformasi yang tak terduga.

Yang jelas, Bending Spoons punya rencana besar. Dengan dana melimpah dan pengalaman mengelola aplikasi populer, mereka siap membawa Vimeo ke level berikutnya. Akankah Vimeo kembali berjaya, atau justru tenggelam dalam bayang-bayang kompetitor? Hanya waktu yang bisa menjawab. Untuk saat ini, satu hal pasti: dunia teknologi tak pernah kehabisan kejutan!

Kunjungi juga situs berita terupdate hanya di Indonesiaartnews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *