GPT-5 Diklaim Setara Tim Ph.D., simak !

Diposting pada

Webhostdiy, Jakarta – OpenAI baru saja meluncurkan ChatGPT generasi terbaru, GPT-5, dengan klaim yang bikin heboh. Sam Altman, CEO OpenAI, bahkan menyebutnya seperti punya “tim ahli Ph.D. di saku Anda”. Tapi, benarkah sehebat itu? Para pakar justru angkat bicara dengan sejumlah peringatan.

GPT-5: Lebih Pintar, Lebih Cepat, Tapi Benarkah Revolusioner?

OpenAI memastikan bahwa GPT-5 menjadi model tercerdas dan tercepat saat ini. Dibanding pendahulunya, GPT-5 membawa lonjakan besar dalam berbagai bidang, mulai dari pengodean, penulisan, hingga eksekusi tugas kompleks.

Sam Altman dengan bangga membandingkan generasi-generasi ChatGPT:

  • GPT-3 diibaratkannya seperti siswa SMA yang masih belajar.
  • GPT-4 sudah seperti mahasiswa pintar yang cukup andal.
  • GPT-5 untuk pertama kalinya benar-benar terasa seperti pakarnya—setara Ph.D.

Tak cuma bisa menjawab pertanyaan, GPT-5 juga mampu menulis software instan dengan kualitas tinggi. “Ini seperti kekuatan super. Setiap orang sekarang punya akses ke tim ahli Ph.D. di genggaman mereka. Satu orang bisa melakukan lebih banyak hal daripada siapa pun dalam sejarah!” ujar Altman bersemangat.

Pakar Pertanyakan Klaim OpenAI: “Masih Sekadar Tiruan!”

Namun, Prof. Carissa Véliz dari Institute for Ethics in AI justru meragukan gebyar GPT-5. “Sistem ini memang mengesankan, tapi belum tentu memberi manfaat nyata,” tegasnya. Menurutnya, AI sehebat apa pun hanya bisa meniru cara berpikir manusia, bukan benar-benar memahami.

Gaia Marcus, Direktur Ada Lovelace Institute, juga mengingatkan bahwa kecanggihan AI semakin jauh meninggalkan kemampuan regulasi kita. “Semakin pintar model ini, semakin mendesak kebutuhan regulasi yang komprehensif,” tegasnya.

Uji Coba GPT-5: Evolusi, Bukan Revolusi?

Marc Cieslak, koresponden AI BBC, berkesempatan mencoba GPT-5 sebelum peluncurannya. Hasilnya? Secara tampilan, hampir mirip dengan versi lama. Bedanya, GPT-5 kini didukung model penalaran baru, yang membuatnya “berpikir lebih keras” saat menyelesaikan masalah.

Tapi, apakah ini revolusi? “Ini lebih ke evolusi bertahap,” komentar Cieslak. GPT-5 memang lebih canggih, tapi tidak mengubah cara kita berinteraksi dengan AI.

baca juga: Microsoft dan Kemkominfo Cetak 1,2 Juta Talent AI

Peluncuran GPT-5 juga memicu kekhawatiran baru, terutama soal penggunaan konten tanpa izin. Grant Farhall, kepala produk Getty Images, mengingatkan: “Konten AI semakin meyakinkan. Tapi, apakah kita sudah melindungi hak kreator di baliknya?”

Farhall menekankan pentingnya transparansi dalam pelatihan model AI dan memastikan kreator dapat kompensasi jika karyanya dipakai. “Kita harus bertanya: bagaimana data dilatih, dan apakah adil bagi pembuat konten?”

kunjungi juga laman berita terbaru di Exposenews.id

GPT-5 memang membawa lompatan besar dalam kecerdasan buatan. Tapi, tantangan etika, regulasi, dan hak cipta tetap mengikuti.

Sam Altman mungkin melihatnya sebagai “tim Ph.D. di saku”, tapi para pakar mengingatkan: AI tetap alat, bukan pengganti manusia.

Jadi, siap menyambut GPT-5? Ya, asal kita juga siap dengan konsekuensinya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *