Jakarta, Webhostdiy – Astri Ramayanti Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia, optimis bahwa kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi solusi utama mengatasi tingginya permintaan dan minimnya jumlah tenaga medis spesialis di Indonesia.
“AI punya potensi besar untuk memperluas akses layanan kesehatan, memangkas waktu tunggu pasien, dan meringankan beban kerja dokter,” tegas Astri dalam temu media di Jakarta, Rabu (24/7).
Ketimpangan ini berdampak serius: 77% pasien mengeluh menunggu terlalu lama untuk bertemu dokter spesialis, berdasarkan laporan Future Health Index 2025 oleh Philips. Bahkan, 33% pasien mengalami penundaan perawatan umum, sementara 51% lainnya mengaku kondisi kesehatannya memburuk karena tidak segera ditangani. Lebih parah lagi, 45% pasien akhirnya harus dirawat inap akibat keterlambatan ini.
baca juga: WOW, Australia Kembangkan Tes Darah Berbasis AI!
AI Bisa Jadi Game Changer, Asal…
Astri menegaskan, pemerintah harus merancang sistem AI yang berempati, membangun kepercayaan, dan memastikan implementasinya bertanggung jawab. Indonesia, menurutnya, punya posisi strategis untuk memimpin pemanfaatan AI di sektor kesehatan.
baca juga: Mengintip Cara Kerja Sortir Durian Berbasis AI di Sanya
“Fondasinya sudah kuat,” ujarnya, merujuk pada cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang hampir universal dan roadmap transformasi digital kesehatan dari Kemenkes. “Yang terpenting sekarang, inovasi harus selaras dengan kebutuhan manusia, memberikan solusi inklusif, efektif, dan skalabel dengan perlindungan data yang ketat.”
baca juga: Moonshot AI Luncurkan KIMi, ini detailnya!
Astri mengingatkan, membangun kepercayaan pada AI bukan sekadar urusan teknologi, tapi juga menyangkut aspek manusia. “Kita butuh transparansi, desain berpusat pada pasien, kolaborasi lintas sektor, dan regulasi yang jelas,” paparnya.
baca juga: Menkes: Dokter Wajib Manfaatkan AI, mengapa?
Ternyata, 84% tenaga kesehatan dan 74% pasien di Indonesia percaya AI bisa meningkatkan layanan kesehatan—angka ini lebih tinggi dibanding rata-rata Asia Pasifik (APAC) dan global! 85% dokter yakin AI bisa menyelamatkan nyawa lewat prediksi dini, sementara 73% percaya teknologi digital akan mengurangi angka rawat inap di masa depan.
Dengan bantuan analitik prediktif, dokter bisa mendeteksi penyakit lebih cepat, mengurangi kesalahan medis, dan fokus pada perawatan pasien.
Langkah Selanjutnya?
- Percepat adopsi AI di rumah sakit dan klinik dengan pelatihan tenaga medis.
- Perkuat infrastruktur digital
- Sosialisasikan manfaat AI kepada masyarakat agar tidak ada ketakutan berlebihan.
“Dengan kolaborasi cerdas antara manusia dan teknologi, Indonesia bisa menciptakan sistem kesehatan yang lebih tangguh dan terjangkau,” tutup Astri.