AI Tumbuh Pesat di Indonesia, tapi timbul masalah!

Diposting pada

JAKARTA, Webhostdiy.com – Sepanjang 2024, 5,9 juta bisnis di Indonesia mulai mengadopsi teknologi artificial intelligence (AI) atau setara lebih dari 10 bisnis baru setiap menit. Pertumbuhan ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan adopsi AI tercepat di Asia Pasifik.

Laporan terbaru dari Amazon Web Services (AWS) dan Strand Partners berjudul “Unlocking Indonesia’s AI Potential 2025” mencatat hal tersebut.

Lewat laporan itu, disebut bahwa total bisnis yang mengadopsi AI mencapai 18 juta atau setara 28 persen dari seluruh perusahaan di Indonesia. Angka ini naik 47 persen dari tahun sebelumnya.

Namun, di balik statistik yang mengesankan itu, riset AWS juga menemukan adanya fenomena menarik sekaligus menantang.

baca juga: Microsoft dan Kemkominfo Cetak 1,2 Juta Talent AI

Pemanfaatan AI dalam bisnis sebagian besar masih di tahap dasar atau pada tugas-tugas sederhana. Hanya 10 persen dari pelaku usaha yang benar-benar menggunakan teknologi tersebut untuk mendorong inovasi, efisiensi menyeluruh, dan penciptaan produk baru. Artinya, mayoritas perusahaan belum mendalami AI ke tingkat yang strategis.

“Adopsi AI di Indonesia tumbuh sangat cepat dalam satu tahun terakhir. Namun sebagian besar perusahaan masih menerapkan AI secara dasar,” ungkap Direktur Strand Partners Nick Bonstow dalam sesi Media Briefing Laporan Unlocking Ambitions – Edisi Indonesia di sela acara AWS Summit 2025 yang digelar di Ritz Carlton Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Startup jauh lebih unggul dari perusahaan besar

Temuan lain yang paling disorot adalah kesenjangan adopsi AI antara startup dan perusahaan besar.

Di kalangan startup, adopsi AI berlangsung jauh lebih agresif dan progresif. Sekitar 52 persen startup telah memanfaatkan AI dalam operasional mereka, dengan 34 persen di antaranya membangun produk atau layanan baru yang sepenuhnya berbasis teknologi ini. Bahkan, 45 persen startup menjadikan AI sebagai bagian inti dari model bisnis mereka.

Sementara pada perusahaan besar, adopsi AI masih terbatas pada aspek efisiensi. Meskipun 41 persen perusahaan besar telah mulai menggunakan AI, hanya 21 persen yang berhasil meluncurkan inovasi baru berbasis AI. Bahkan hanya 14 persen yang masuk kategori pengguna AI tingkat lanjut.

Country Manager AWS Indonesia Anthony Amni yang turut hadir dalam sesi yang sama menyampaikan kekhawatiran terkait fenomena itu. Menurutnya, kesenjangan tersebut berisiko menjadi pemicu munculnya “ekonomi dua tingkat” (two-tier economy).

“Ini mengacu pada kondisi di mana hanya sebagian kelompok, seperti startup teknologi, yang mampu melaju cepat memanfaatkan AI secara strategis. Sementara, pelaku usaha besar lainnya justru tertinggal lantaran dibatasi oleh minimnya keterampilan digital dan kesiapan infrastruktur,” terang Anthony.

Jika tidak segera dijembatani, ketimpangan ini dapat berdampak pada daya saing nasional dalam jangka panjang.

“Perusahaan besar berisiko tertinggal dari startup yang lebih gesit. Ini bisa menciptakan ekonomi dua tingkat yang berdampak buruk bagi perekonomian,” ucap Bonstow menambahkan.

Krisis talenta digital

Tantangan terbesar yang dihadapi pelaku usaha dalam memperluas pemanfaatan AI adalah kurangnya keterampilan digital. Sebanyak 57 persen bisnis mengakui hal ini. Mereka menyebut teknologi sudah ada tapi tidak ada sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengoperasikannya.

Kondisi tersebut makin kontras karena 48 persen pekerjaan masa depan butuh kemampuan AI. Namun, hanya 21 persen bisnis yang merasa karyawannya siap. Anthony menilai, kesenjangan ini butuh penanganan cepat.

“Banyak perusahaan sudah punya teknologi dan visi, tapi tidak ada orang yang bisa mewujudkan. Ini berbahaya bagi daya saing Indonesia secara global,” kata Anthony.

Baca juga: Tingkatkan Keamanan Data BUMN, Erick Thohir Gandeng Amazon Web Services

Padahal, menurut laporan, adopsi AI terbukti memberikan keuntungan ekonomi nyata bagi perusahaan Indonesia. Sebanyak 59 persen bisnis yang menggunakan AI melaporkan pendapatan meningkat rata-rata 16 persen. Sementara, 68 persen mengalami kenaikan produktivitas signifikan.

Manfaat AI tidak hanya soal pendapatan. Sebanyak 64 persen bisnis mengharapkan penghematan biaya rata-rata 29 persen. Penghematan ini memungkinkan perusahaan berinvestasi di area lain untuk pertumbuhan lebih lanjut.

Optimisme masa depan juga tinggi. Sebanyak 72 persen bisnis yang sudah menggunakan AI yakin teknologi ini akan mendorong pertumbuhan pada tahun mendatang. Keyakinan ini berdasarkan pengalaman nyata peningkatan kinerja.

Keuntungan dari AI memberi ruang bagi perusahaan untuk berinvestasi di bidang lain. Sebanyak 41 persen perusahaan fokus meningkatkan layanan pelanggan. Sebanyak 35 persen investasi untuk pelatihan karyawan. Sisanya 29 persen untuk mengembangkan produk dan layanan baru.

Menjadi mitra strategis

Jalan menuju transformasi digital yang inklusif dan merata memang masih panjang. Kesenjangan keterampilan, keterbatasan pendanaan, hingga ketidakpastian regulasi masih menjadi tantangan nyata bagi banyak pelaku usaha.

Oleh karena itu, AWS hadir dan siap menjadi mitra strategis bagi Indonesia untuk membantu menjembatani kesenjangan tersebut. Komitmen ini pun telah terealisasi.

Sejak 2021, AWS telah menginvestasikan 5 miliar dollar AS untuk meluncurkan AWS Asia Pacific (Jakarta) Region. Ini memungkinkan pelanggan AWS menjalankan beban kerja dan menyimpan data secara aman di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi AWS yang canggih.

Investasi infrastruktur tersebut diperkirakan akan menciptakan 24.700 lapangan kerja per tahun dan berkontribusi 10,9 miliar dollar AS terhadap PDB Indonesia dari 2021 hingga 2036.

Menurut studi dampak ekonomi AWS, pembangunan dan operasi pusat data di Indonesia akan menciptakan lapangan kerja yang menjadi bagian dari rantai pasokan lokal AWS, termasuk konstruksi, pemeliharaan fasilitas, listrik, telekomunikasi, dan peran lainnya dalam ekonomi Indonesia yang lebih luas.

Di bidang pengembangan talenta digital, AWS telah membuktikan komitmen jangka panjangnya dengan melatih lebih dari 800.000 warga Indonesia dalam keterampilan digital sejak 2017.

Komitmen itu dilaksanakan melalui berbagai inisiatif, seperti AWS Skill Builder, AWS Educate, dan AWS re/Start.

AWS juga menyediakan berbagai modul pelatihan untuk memenuhi kebutuhan pembelajar di berbagai tingkat, termasuk program yang dilakukan bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, lembaga sektor publik, dan institusi pendidikan.

kunjungi juga laman berita terkini di Exposenews.id

Salah satu program unggulan adalah “Terampil di Awan”, program pelatihan cloud strategis AWS untuk siswa, pendidik, dan kelompok yang kurang terlayani di 26 provinsi di Indonesia.

“Pelaku usaha di Indonesia sangat antusias untuk berinovasi dengan AI, dan tingginya tingkat adopsi menunjukkan potensi luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Namun, riset ini juga mengungkapkan hambatan serius, terutama bagi perusahaan besar, dalam mendalami pemanfaatan AI,” ucap Anthony.

Dengan seluruh komitmen tersebut, perekonomian Indonesia diharapkan bisa meningkat lewat pemanfaatan AI secara optimal di berbagai sektor.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *