Jakarta, webhostdiy.com – Perplexity AI muncul sebagai salah satu tools kecerdasan buatan (AI) yang menarik perhatian. Fungsinya mirip dengan search engine atau mesin pencari di internet, tetapi dengan sentuhan AI yang lebih canggih. Bahkan, CEO NVIDIA Jensen Huang pun terpesona dengan teknologi yang ditawarkan Perplexity.

Laporan The Verge (16 Maret 2024) menyebutkan bahwa CEO Shopify, Tobi Lütke, sudah beralih dari Google ke Perplexity AI. Kabarnya, Mark Zuckerberg juga termasuk salah satu pengguna setianya. Fakta ini semakin memperkuat posisi Perplexity sebagai pesaing potensial bagi raksasa mesin pencari seperti Google.
Menurut Techgig, Perplexity dirancang seperti mesin pencari berbasis chatbot. Bedanya, tools ini langsung memberikan jawaban atas pertanyaan pengguna dengan memanfaatkan teknologi GPT dari OpenAI. Perplexity langsung menyedot data dari internet, lalu mengemasnya jadi sajian informasi yang padat dan mudah dicerna!
Baca juga 8 Rekomendasi AI Selain ChatGPT Bisa Jadi Alternatif! Apa Saja?

Aravind Srinivas, sang CEO, menegaskan bahwa GPT-4 menjadi tulang punggung keunggulan Perplexity dengan tarif $20 per bulan. The Wall Street Journal melaporkan, platform ini berhasil menarik minat 10 juta pengunjung bulanan melalui situs web dan aplikasinya. Angka ini menunjukkan betapa cepatnya platform ini berkembang.
Kehadiran Perplexity tentu menjadi tantangan serius bagi Google, yang selama ini mendominasi dunia pencarian informasi. Google memang sudah menjadi andalan pengguna internet selama bertahun-tahun, tetapi Perplexity menawarkan pengalaman berbeda.
Geeky Gadgets mengungkapkan, Perplexity mengandalkan pendekatan AI berbasis percakapan untuk memberikan jawaban langsung. Berbeda dengan Google yang hanya menampilkan daftar tautan, Perplexity lebih efisien bagi pengguna yang ingin mendapatkan informasi cepat tanpa harus membuka banyak halaman.
Dalam pengujiannya, kemampuan Perplexity dalam merangkum informasi menjadi nilai tambah yang signifikan. Teknologi pencarian berbasis percakapan ini dinilai sebagai terobosan baru di industri mesin pencari. Namun, Google tetap unggul karena infrastrukturnya yang sangat besar dan layanannya yang sudah terintegrasi.
Meskipun Google masih menjadi raja mesin pencari, Perplexity AI berhasil mencuri perhatian dengan cara yang lebih interaktif dan dinamis. Platform ini tidak hanya menyajikan informasi, tetapi juga menyesuaikan jawaban dengan konteks pertanyaan pengguna.
Pengguna kerap membandingkan Perplexity dengan ChatGPT yang lebih dulu merajai pasar. Keduanya sama-sama menggunakan model bahasa Generative Pre-trained Transformer (GPT), sehingga memiliki kemampuan serupa dalam memahami dan merespons permintaan pengguna.
Perplexity AI mungkin belum bisa sepenuhnya menggeser Google Search, tetapi kehadirannya membuktikan bahwa ada kebutuhan baru dalam dunia penelusuran informasi. Dengan pendekatan yang lebih personal dan efisien, Perplexity berpeluang menjadi alternatif menarik bagi pengguna yang menginginkan pengalaman pencarian lebih cerdas dan cepat.
Jadi, siapkah kamu beralih dari Google ke Perplexity? 🚀