NASA Tingkatkan Reaktor Nuklir Bulan, Targetkan 100 Kilowatt

Diposting pada

Webhostdiy.com – Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sedang bersiap untuk mewujudkan rencana besar mereka: membangun reaktor nuklir di Bulan! Selama beberapa tahun terakhir, NASA memang sudah mengembangkan sistem fisi nuklir yang mampu menghasilkan listrik hingga 40 kilowatt. Namun, baru-baru ini, Pelaksana Tugas Administrator NASA, Sean Duffy, menggegerkan dunia dengan mengumumkan target yang jauh lebih ambisius. Melalui arahan baru yang akan dirilis pekan ini, NASA berencana meningkatkan kapasitas reaktor menjadi 100 kilowatt dan mempercepat peluncurannya ke Bulan pada 2030.

Menurut laporan media Politico yang dikutip Space pada 6 Agustus 2025, arahan tersebut meminta industri terkait untuk segera mengajukan proposal pembangunan reaktor berdaya tinggi itu. Langkah ini bukan tanpa alasan—NASA ingin memastikan kehadiran astronaut Amerika di Bulan didukung oleh sumber energi yang stabil. Pasalnya, tenaga surya dinilai kurang efisien karena rotasi Bulan yang lambat membuat malam di sana berlangsung selama dua minggu (setara waktu Bumi). Dengan reaktor nuklir, basecamp astronaut bisa tetap beroperasi tanpa gangguan.

kunjungi laman berita terkini Exposenews.id

Namun, China tak mau ketinggalan. Negeri Tirai Bambu itu sudah menjalin kolaborasi dengan Rusia dan sejumlah negara lain untuk membangun pangkalan Bulan mereka sendiri.

Nah, arahan Duffy disebut-sebut sebagai respons untuk mengalahkan langkah China. Politico menyebut, negara pertama yang sukses menempatkan reaktor nuklir di Bulan bakal memiliki keunggulan strategis besar—bahkan bisa menetapkan zona larangan masuk yang mempersulit pesaingnya. “Jika China lebih dulu punya reaktor di sana, AS bisa terhambat secara signifikan,” tulis laporan itu.

baca juga: Google Taara: Internet Laser Super Cepat, 100x Lebih Kencang dari Starlink 

Duffy jelas punya pekerjaan rumah besar. Selain harus memastikan reaktor nuklir Bulan siap tepat waktu, ia juga harus mempertahankan kepemimpinan AS di luar angkasa. Apalagi, China terus menunjukkan ambisi besar dengan proyek-proyek antariksa mereka.

baca juga: Kemkomdigi Manfaatkan Frekuensi hingga Satelit Perluasan 5G

Mungkin banyak yang bertanya: Kenapa harus nuklir? Bukannya tenaga surya lebih ramah lingkungan? Ternyata, di Bulan, kondisi lingkungan sangat berbeda. Karena rotasinya yang lambat, satu malam di Bulan bisa mencapai 14 hari Bumi. Bayangkan, panel surya tidak akan mendapat cahaya matahari selama itu—sementara astronaut butuh pasokan listrik terus-menerus untuk bertahan hidup dan menjalankan eksperimen.

Selain bisa menghasilkan daya besar, teknologinya juga sudah teruji. NASA bahkan telah melakukan uji coba sistem Kilopower yang mampu bertahan di lingkungan ekstrem seperti Bulan dan Mars.

baca juga: Telkom Latih Guru di Jawa Barat Lewat IDL Edisi ke-13

Dengan arahan baru ini, NASA akan segera membuka pendaftaran proposal dari perusahaan-perusahaan teknologi. Kriteria utamanya jelas: reaktor harus ringan untuk diluncurkan, tahan radiasi, dan mampu beroperasi otomatis sebelum kedatangan astronaut.

Jika semua berjalan sesuai rencana, reaktor 100 kilowatt itu akan menjadi tulang punggung energi bagi pangkalan Artemis.

baca juga: Telkomsel Gelar Undian SIMPATI HOKI dengan Hadiah Miliaran!

Persaingan AS dan China di Bulan semakin panas. Kedua negara tidak hanya berlomba menguasai teknologi, tapi juga ingin menjadi yang pertama menancapkan pengaruh di satelit alami Bumi itu. Reaktor nuklir hanyalah salah satu bagian dari strategi besar.

Sementara NASA mengandalkan sektor swasta seperti SpaceX dan Blue Origin, China memilih pendekatan kolaborasi dengan Rusia. Siapa yang akan menang? Jawabannya mungkin baru kita dapatkan di 2030. Tapi satu hal pasti: perlombaan ini akan menentukan masa depan eksplorasi antariksa.

Jadi, siap-siap menyaksikan sejarah baru—di mana Bulan bukan lagi sekadar destinasi wisata antariksa, tapi juga markas umat manusia! 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *